Jumat, 13 Januari 2012

HAKEKAT MATEMATIKA DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Oleh:
Yudha Prihadi (10313244026)


            Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang bilangan, hubungan antara bilangan satu dengan yang lain, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Matematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang kuantitas, struktur, ruang dan perubahan. Para Matematikawan mencari pola-pola untuk merumuskan dugaan-dugaan baru dan membangun kebenaran melalui metode deduksi matematika yang kaku  dari aksioma-aksioma menjadi sebuah definisi yang sesuai. Matematika secara sistematis dibangun dan dikembangkan sebagai sistem, definisi, dan axioma yang akan membangun sebuah teorema baru.
Sebagai seorang calon guru matematika, kita harus tahu bahwa Matematika murni dan Matematika yang diajarkan di sekolah itu berbeda. Matematika sekolah adalah Matematika yang telah dipilah-pilah dan disesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual siswa. Hal ini digunakan untuk mengembangkan keterampilan berpikir siswa.
Di dalam mengajarkan Matematika kita seringkali memulainya dengan hal-hal yang sederhana kemudian ke hal yang kompleks, atau memulai dengan hal-hal yang nyata kemudian lanjut ke hal yang bersifat abstrak. Untuk memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip di dalam Matematika, para siswa sangat memerlukan  pengalaman-pengalaman yang dapat membantu tahap perkembangan intelektual mereka dalam memecahkan permasalahan Matematika.
Hakekat Matematika Sekolah menurut Ebbut dan Straker adalah sebagai berikut:
1.      Matematika merupakan kegiatan penelusuran pola dan hubungan
Implikasi dari bagian ini adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan penemuan dan menyelidiki pola-pola yang ada dan menghubungkannya satu dengan yang lain, selain itu siswa juga ddiberikan kesempatan untuk melakukan eksperimen-eksperimen dengan caranya sendiri dan siswa dapat menarik kesimpulan sesuai dengan percobaan yang dilakukannya.
2.      Matematika adalah kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan penemuan
Implikasinya adalah mendorong inisiatif dan memberikan kesempatan berpikir beda antar siswa satu dengan yang lain dalam menyelesaikan permasalahan Matematika. Selain itu juga akan mendorong rasa ingin tahu siswa akan suatu hal yang baru dan dapat menemukan makna yang ada di dalamnya kemudian menyusunnya menjadi sebuah penemuan baru dari hasil berpikir kreatif menggunakan imajinasi dan intuisi yang dimilikinya.
3.      Matematika adalah kegiatan problem solving
Matematika  sebagai kegiatan pemecahan masalah akan mendorong siswa untuk berpikir logis, konsisten, dan sistematis. Selain itu kemampuan dan ketrampilan siswa dalam menyelesaikan permasalahan Matematika juga akan berkembang. Kegiatan problem solving ini juga akan membuat siswa lebih aktif mencari sumber-sumber informasi ataupun menggunakan alat peraga/media yang bisa digunakan untuk membantu mereka dalam menyelesaikan masalah.
4.       Matematika merupakan alat berkomunikasi
Matematika dapat mendorong siswa untuk dapat berkomunikasi dengan siswa yang lain dalam mengenal sifat-sifat Matematika dan memecahkan persoalan Matematika. Dengan Matematika juga mendorong para siswa untuk lebih berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dengan cara memecahkan masalah secara diskusi berkelompok.
Inovasi dalam pembelajaran Matematika sangat diperlukan, terutama untuk memenuhi tuntutan perkembangan jaman. Tak jarang banyak guru yang menemui banyak kesulitan dalam menyampaikan bahan ajar matematika kepada siswanya. Seorang guru hendaknya menggunakan metode-metode mengajar yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswanya. Sehingga mereka lebih termotivasi untuk belajar Matematika dan mereka tidak merasa terpaksa dalam belajar.
Inovasi dalam pembelajaran Matematika berarti guru dituntut untuk lebih berpikir kreatif dan lebih memperhatikan perkembangan kognitif siswanya. Pembelajaran yang diberikan sesuai dengan tingkat usia dan kemampuan berpikir siswanya, sehingga siswa tersebut dapat dewasa pada waktunya.
Menurut  Ebbutt dan Straker (1995: 60-75) tentang psikologi siswa dalam pembelajar Matematika dapat dikatakan berhasil apabila:
1.      Siswa akan belajar jika mereka mempunyai motivasi
Seorang guru Matematika harus mampu menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dan dapat mendukung proses belajar para siswa. Guru juga harus memperhatikan semua keinginan, kemampuan, dan pencapaian siswanya. Dengan begitu siswa akan termotivasi sendiri untuk belajar Matematika
2.      Siswa akan belajar dengan caranya sendiri
Siswa akan belajar Matematika dengan cara yang berbeda dan dengan kecepatan kemampuan yang berbeda-beda pula. Hal ini disebabkan karena mereka berasal dari latar belakang sosial, ekonomi dan budaya yang berbeda. Seorang guru harus lebih memahami kekeurangan dan kelebihan masing-masing siswa dan diharapkan tidak memaksakan suatu metode mengajar kepada siswa agar siswa dapat membangun pengetahuan dan ketrampilannya dengan baik.
3.      Siswa akan belajar baik secara mandiri maupun melalui kerja sama dengan temannya
Hal ini akan memberikan pelajaran bagi siswa untuk lebih mudah bersosialisasi dengan sesamanya. Saling bertukar gagasan, berpendapat dan bekerja sama dengan temannya dalam menyelesaikan persoalan Matematika. Selain itu juga siswa akan lebih mandiri dalam pengambilan keputusan dalam kelompok tersebut.
4.      Siswa memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda dalam belajar.
Seorang siswa membutuhkan alat peraga atau media lainnya dalam belajar dan untuk memahami materi yang sedang dipelajari dan memecahkan permasalahan di sekolah maupun di luar sekolah. Suasana tempat dan lingkungan sekitar sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar.
Apabila keempat hal di atas dapat berjalan dengan baik, maka proses pembelajaran yang dilakukan seorang guru dapat dikatakan berhasil. Dari keempat hal tersebut akan muncul sebuah sikap. Sikap merupakan hubungan emosional positif atau negatif terhadap suatu objek tertentu. Sikap dapat diperoleh melalui pengalaman dan memberikan pengaruh terhadap perilaku manusia. Ketika siswa merespon dengan sikap negatif, sikapnya tercermin dalam tindakan yang mengakibatkan keterbatasan mereka dalam proses pembelajaran Matematika dan akan mempengaruhi tindakan mereka selanjutnya yaitu tidak menyukai Matematika. Sedangkan jika siswa merespon dengan sikap positif, siswa akan terlihat aktif dalam proses pembelajaran Matematika bahkan di luar pembelajaran. Dalam hal ini guru dapat dikatakan berhasil dalam melakukan inovasi pembelajaran.
Ekspetasi siswa terhadap Matematika tergantung pada pengetahuan yang didapatkannya. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya memberikan kesempatan kepada para siswanya untuk berkembang dan membangun pengetahuaanya sendiri sesuai dengan keinginannya. Tidak dengan terpaksa. Dengan begitu siswa akan lebih mudah termotivasi dalam belajar Matematika.

Resources:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar